19 Desember 2008

Mas...., tolong berbicara yang baik!


Beberapa hari ini Mas Wafdan, sulungku memiliki banyak perbendaharaan kata baru. Sayang sekali, kata-kata baru yang gemar diucapkan tersebut kata-kata yang berkonotasi negatif, menjurus kepada kata-kata jorok.

Untungnya, ketika mengucapkan kata-kata tersebut jelas nampak dari ekspresinya bahwa ia tidak mengetahui maknanya. Sehingga dapat aku simpulkan bahwa ia tidak dengan sengaja ingin menyampaikan hal-hal jorok.

Secara perlahan kuajak dia bicara. "Mas dapat kata-kata itu dari mana?" tanyaku. Ia menyebutkan sebuah nama. Seorang teman sekelasnya. Selidik punya selidik, ternyata anak tersebut malah sudah mengajarkan secara tak langsung kepada teman-temannya banyak lagi kata-kata buruk dan tak senonoh. Astaghfirullah!

"Mas Wafdan tahu artinya?" tanyaku kemudian. Wafdan tersenyum-senyum.
"Kata si 'Z', ini...dan ini...." jawabnya. Meski arti yang dimaksudkan dari kata-kata yang diucapkan tersebut tidak tepat, toh anak-anak ini memaknainya dengan maksud yang negatif pula. Wah...sudah mulai nggak beres nih. Kalau terus didiamkan, bisa jadi lingkungan sekolahnya menjadi tidak kondusif dengan munculnya kata-kata buruk dan imbas sikap yang negatif.

Aku memutuskan untuk segera mengkonsultasikan dengan wali kelasnya, supaya kami bisa mengatasi masalah ini dengan penanganan yang bijak dan tepat. Karena anak-anak perlu mendapatkan bimbingan mengenai sopan-santun berbicara.

Perlu kita tanamkan, tak hanya kepada anak-anak kita. Kepada siapa saja, perlu disosialisaikan “Salamatul insan fi hifdzil lisan” keselamatan manusia tergantung pada lisannya.

Kita semua tentu mengetahui bahwa lisan, ucapan seseorang memiliki hubungan yang erat dengan jiwa kepribadiannya. Ucapan yang keluar dari mulut seseorang juga memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan diri dan lingkungannya.

Ia bisa menjadi sangat berbahaya, berdampak sosial luas ketika digunakan untuk berkata kotor, dusta, adu domba, fitnah, menyebar isu bohong, ghibah, menghasut, profokasi... Ucapan-ucapan buruk tersebut dapat menyakiti hati seseorang dan mencemarkan nama baik plus menjatuhkan martabatnya.



“Tatkala aku di-Mi’raj-kan, aku melewati suatu kaum (di neraka) yang mereka memiliki kuku-kuku dari tembaga. Dengan kuku-kuku tersebut mereka mencakari wajah dan dada mereka. Maka aku bertanya kepada Jibril : “Siapa mereka itu, wahai Jibril?” Jibril menjawab : “Mereka adalah orang-orang yang (ketika di dunia) memakan daging manusia (berbuat ghibah) dan melanggar kehormatan manusia.”
(HR. Abu Daud. Dishahihkan Asy Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud nomor 4082. As Shahihah nomor 533).

Sebaliknya, dengan ucapan yang baik berupa sapaan ramah, nasihat, pujian tulus akan membawa ketentraman bagi jiwa pengucapnya maupun bagi yang mendengarkan. Ucapan yang baik akan mendatangkan kebaikan pula, membawa manusia kepada keselamatan dunia akhirat

Saat ini aku jadi lebih intens memantau kata-kata yang keluar dari mulut Wafdan, juga adiknya. Meski terkesan lebih cerewet..., tak bosan-bosannya aku mengingatkan mereka dan memberikan penjelasan tentunya.

Tidak ada komentar: