22 Desember 2008

Penerimaan Rapor



Menerima laporan perkembangan anak dari guru/ wali kelas menjadi sebuah momen yang perlu dipentingkan. Karena pada saat itu, kita akan mengetahui sisi-sisi anak kita yang bisa jadi memiliki persamaan atau juga perbedaan dalam pandangan kita dengan pandangan gurunya. Untuk itulah Sabtu yang lalu, aku dan suami menyempatkan diri dan menjadikan prioritas acara pembagian rapor semester 1 di sekolah Wafdan & Wafiy. Meski dalam hati, kami yakin insya Allah tak ada hal-hal yang luar biasa perlu ditangani dalam perkembangan anak-anak kami. Sejauh ini dalam pengamatan kami, Wafdan & Wafiy berada dalam kondisi perkembangan yang wajar, baik dari segi akademis, emosional, motorik juga sosialisai dengan lingkungannya. Alhamdulillah.

Aku dan suami menuju kelas Wafiy terlebih dahulu. Di usianya yang kelas 1 SD ini, Wafiy nampak selalu nyantai dalam menjalani hari-hari sekolah, baik dalam bergaul dengan teman-teman maupun dalam menerima pelajaran. Seperti tak pernah ada beban fikiran. Tidak pernah mengeluh dan tidak pula merasa senang sekali. Biasa-biasa aja... Dan hasil rapornya pun, meski dibilang bagus, namun dalam peringkat di kelasnya ya... biasa-biasa aja...peringkat 14. He..he.. ^_^

"Yang penting kamu menjalani ini dengan riang, Nak... Memang harusnya seperti itulah masa kanak-kanakmu. Belum saatnya dibebani fikiran berat. Bermainlah dengan riang-gembira. Kelak bila tiba waktunya, kan tumbuh rasa tanggungjawab untuk menghadapi duniamu..."

Nah, seusai mengambil rapor & mendengarkan beberapa hal mengenai perkembangan Wafiy di kelasnya, kami menuju kelas 3A. Di kelas sulungku ini, selain meminta informasi perkembangan Wafdan, kami dan wali kelas berikut guru kelasnya juga membahas mengenai kondisi pergaulan anak-anak dan juga beredarnya kata-kata buruk di kalangan mereka. Insya Allah semua pihak akan memperhatikan dan ikut menanganinya.

Untuk prestasi Wafdan, Alhamdulillah. Masih berada di peringkat 1 untuk nilai rapornya seperti waktu-waktu sebelumnya. Wafdan memang sekolah dengan usia matang, karena ia lahir di Bulan Desember. Wafdan juga sedikit berbeda dengan Wafiy. Untuk urusan pelajaran dan tetek bengek persekolahan, Wafdan cenderung serius, kadang-kadang ada panik dan khawatirnya. Aku dan suami kadang geli. Wafdan kayak mikirin sendiri kondisi dunia. He-he. Malah suamiku pernah berkata kepadanya: "Wafdan, Abi pengin sekali waktu Wafdan nggak dapat ranking di kelas. Tak mengapa. asalkan Wafdan bisa lebih ceria seperti anak-anak yang lain...."

Ah..., anak-anakku... Semoga Allah SWT senantiasa menganugerahkan yang terbaik buat kalian. Amin.

19 Desember 2008

Mas...., tolong berbicara yang baik!


Beberapa hari ini Mas Wafdan, sulungku memiliki banyak perbendaharaan kata baru. Sayang sekali, kata-kata baru yang gemar diucapkan tersebut kata-kata yang berkonotasi negatif, menjurus kepada kata-kata jorok.

Untungnya, ketika mengucapkan kata-kata tersebut jelas nampak dari ekspresinya bahwa ia tidak mengetahui maknanya. Sehingga dapat aku simpulkan bahwa ia tidak dengan sengaja ingin menyampaikan hal-hal jorok.

Secara perlahan kuajak dia bicara. "Mas dapat kata-kata itu dari mana?" tanyaku. Ia menyebutkan sebuah nama. Seorang teman sekelasnya. Selidik punya selidik, ternyata anak tersebut malah sudah mengajarkan secara tak langsung kepada teman-temannya banyak lagi kata-kata buruk dan tak senonoh. Astaghfirullah!

"Mas Wafdan tahu artinya?" tanyaku kemudian. Wafdan tersenyum-senyum.
"Kata si 'Z', ini...dan ini...." jawabnya. Meski arti yang dimaksudkan dari kata-kata yang diucapkan tersebut tidak tepat, toh anak-anak ini memaknainya dengan maksud yang negatif pula. Wah...sudah mulai nggak beres nih. Kalau terus didiamkan, bisa jadi lingkungan sekolahnya menjadi tidak kondusif dengan munculnya kata-kata buruk dan imbas sikap yang negatif.

Aku memutuskan untuk segera mengkonsultasikan dengan wali kelasnya, supaya kami bisa mengatasi masalah ini dengan penanganan yang bijak dan tepat. Karena anak-anak perlu mendapatkan bimbingan mengenai sopan-santun berbicara.

Perlu kita tanamkan, tak hanya kepada anak-anak kita. Kepada siapa saja, perlu disosialisaikan “Salamatul insan fi hifdzil lisan” keselamatan manusia tergantung pada lisannya.

Kita semua tentu mengetahui bahwa lisan, ucapan seseorang memiliki hubungan yang erat dengan jiwa kepribadiannya. Ucapan yang keluar dari mulut seseorang juga memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan diri dan lingkungannya.

Ia bisa menjadi sangat berbahaya, berdampak sosial luas ketika digunakan untuk berkata kotor, dusta, adu domba, fitnah, menyebar isu bohong, ghibah, menghasut, profokasi... Ucapan-ucapan buruk tersebut dapat menyakiti hati seseorang dan mencemarkan nama baik plus menjatuhkan martabatnya.



“Tatkala aku di-Mi’raj-kan, aku melewati suatu kaum (di neraka) yang mereka memiliki kuku-kuku dari tembaga. Dengan kuku-kuku tersebut mereka mencakari wajah dan dada mereka. Maka aku bertanya kepada Jibril : “Siapa mereka itu, wahai Jibril?” Jibril menjawab : “Mereka adalah orang-orang yang (ketika di dunia) memakan daging manusia (berbuat ghibah) dan melanggar kehormatan manusia.”
(HR. Abu Daud. Dishahihkan Asy Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud nomor 4082. As Shahihah nomor 533).

Sebaliknya, dengan ucapan yang baik berupa sapaan ramah, nasihat, pujian tulus akan membawa ketentraman bagi jiwa pengucapnya maupun bagi yang mendengarkan. Ucapan yang baik akan mendatangkan kebaikan pula, membawa manusia kepada keselamatan dunia akhirat

Saat ini aku jadi lebih intens memantau kata-kata yang keluar dari mulut Wafdan, juga adiknya. Meski terkesan lebih cerewet..., tak bosan-bosannya aku mengingatkan mereka dan memberikan penjelasan tentunya.

13 Desember 2008

Belajar Berjalan & Berbicara

5 HAL PENTING KETIKA BAYI BELAJAR JALAN

Latihan berjalan implikasinya sangat luas bagi perkembangan psikologis anak. Antara lain dalam sense of autonomy berikut kemandiriannya. Secara bertahap anak memahami, segala sesuatu yang diinginkannya haruslah diusahakan. Nah, agar latihannya berjalan baik dibutuhkan stimulus dan dukungan dari orangtua. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan kala anak sedang belajar jalan seperti dijelaskan dr. Rini Sekartini, Sp.A., dari bagian Tumbuh Kembang Anak, Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

1. CIPTAKAN LINGKUNGAN AMAN


Kala bayi mulai tertatih-tatih belajar jalan biasanya selain merasa senang para orangtua pun mulai "senam jantung". Bagaimana tidak? Kini si bayi mulai ingin mengenali dunianya yang lebih luas dengan "menjelajah" hingga ke setiap sudut rumah. Mungkin bila dijumlahkan setiap hari entah sudah berapa belas meter jarak yang ditempuhnya.
Keterampilan barunya ini membuat bayi bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Meski sebatas di dalam rumah, "penjelajahan" ini mengundang situasi yang rawan kecelakaan. Contohnya, bagaimana bila tiba-tiba dengan langkahnya yang masih limbung si kecil nyelonong masuk ke kamar mandi yang lantainya licin, atau tiba-tiba menabrak guci besar di pojok ruang yang dapat mencederai dirinya.
Bila terjadi kecelakaan akibat eksplorasinya tentu saja bayi tidak bisa disalahkan. Ia belum tahu benda apa saja dan mana tempat yang berbahaya ataupun tidak.
Menjadi tugas orangtua untuk meminimalkan segala risiko dengan tidak menempatkan barang-barang yang mengundang bahaya di jalur yang akan dilalui bayi. Selain itu, pastikan pula keamanan daerah "steril" bagi bayi, terutama dapur dan kamar mandi karena di kedua tempat ini terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan kecelakaan pada bayi.
Selanjutnya, area menuju lantai atas, dapur, dan ke kamar mandi, sebaiknya dilengkapi dengan pintu pengaman berupa pagar pembatas. Kabel listrik yang tak tertata rapi juga sering menjadi biang keladi tersandungnya si kecil yang sedang "asyik" berjalan. Belum lagi kemungkinan sengatan listrik bila kabelnya sudah terkelupas. Oleh sebab itu, aturlah jalinan kabel dengan baik sehingga tak centang perenang.
Biasanya bayi yang sudah mampu berdiri dan berjalan tertarik pada apa saja yang ada di atas meja. Tak heran kalau dalam sekejap kemudian ia akan menarik benda apa saja yang menarik perhatiannya tadi. Guna meminimalkan risiko bahaya, untuk sementara singkirkan taplak meja. Kalaupun ingin menggunakan taplak meja, pilihlah yang ukurannya lebih kecil dari daun meja sehingga tak sampai menjumbai di sisi meja.
Perabot, terutama meja yang bersudut tajam, sebaiknya juga disingkirkan untuk sementara waktu atau akali dengan memasang pengaman sudut. Soalnya, bayi yang sedang belajar berjalan sangat berisiko terbentur sudut meja yang tajam.
Patut diingat, menciptakan lingkungan yang aman bukanlah dengan membatasi ruang eksplorasi bayi. Yang diperlukan bayi adalah pengawasan orangtua sekaligus area yang dapat membuatnya leluasa berjalan-jalan ke sana dan kemari.

2. PILIH SEPATU YANG TEPAT
Sepatu berfungsi melindungi kaki bayi dari partikel dan benda yang bisa mencederainya. Di luar lingkungan rumah, sebaiknya pakaikan sepatu yang dapat menunjang kemampuan bayi berjalan.
Pilih sepatu bersol datar dan lembut untuk memudahkan anak berjalan sekaligus tetap mendapat cukup rangsangan dari bawah. Hindari sepatu dengan pengganjal di bagian lekukan kaki karena akan mengganggu pertumbuhan tulang belulangnya. Hindari juga ujung sepatu yang runcing/menyempit yang membuat ruang gerak jari-jemarinya terhambat.Pastikan sepatu bayi berukuran pas, tidak sempit dan tidak terlalu longgar. Patokannya, lebihkan sedikit (kira-kira satu ruas ibu jari orang dewasa) pada bagian ujung sepatu. Pilih model dengan tali/kancing/perekat yang dapat mengatur kekencangan sepatu secara tepat. Kaus kaki yang akan digunakan juga tidak dianjurkan terlalu ketat karena dapat mengganggu peredaran darah. Pilih bahan katun agar mudah menyerap keringat sekaligus membantu menjaga sirkulasi udara dalam sepatu.
Saat berjalan-jalan di rumah, bayi tak perlu diberi alas kaki. Tanpa sepatu, kaki bayi akan menerima rangsangan-rangsangan dari luar. Kakinya juga akan mendapat tekanan dari bawah sebagai latihan bagi otot-ototnya. Ini dapat mengasah kemampuan koordinasinya menjadi lebih bagus. Berkat tekanan-tekanan pada permukaan telapak kaki, pertumbuhan tulang kaki menjadi lebih baik. Selanjutnya, akan terbentuk kaki yang baik dengan otot-otot yang lebih kuat. Latihan bertelanjang kaki seperti ini sangat diperlukan di rumah mengingat pertumbuhan tulang akan terus berlanjut sampai anak berusia 17-18 tahun.
Untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan kakinya, periksa ukuran sepatu secara berkala mengingat pertumbuhan kaki bayi amat cepat, terutama bila ditunjang gizi yang baik. Sepatu yang kekecilan pasti akan membuatnya tak nyaman. Sepatu kekecilan akan meninggalkan warna kemerahan di pinggir jari atau kaki bayi akibat tekanannya dan dapat menyebabkan iritasi.

3. TUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI


Pada prinsipnya, selama sudah dipastikan tidak ada gangguan saraf atau kelainan otot, anak pasti bisa berjalan. Memang, sih, usia berjalan pada setiap anak bisa berbeda-beda, namun umumnya rentang waktu yang normal adalah usia 11-18 bulan.
Kecemasan umumnya muncul jika setelah berusia 1 tahun, si kecil belum juga bisa berjalan. Atau biasanya sudah bisa berjalan sebentar, tapi setelah itu mogok. Untuk memastikan ada tidaknya gangguan, tentu harus diperiksakan ke dokter. Bila tak ada gangguan, boleh jadi ia butuh rangsangan agar dapat berjalan tepat pada waktunya.
Anak yang mogok belajar jalan mungkin terlena oleh kemanjaan dari orangtua atau pengasuhnya. Contohnya, kelewat sering digendong sehingga anak tak mendapat stimulasi untuk aktif bergerak. Kemanjaan seperti ini memang bisa menghambat perkembangan kemampuan berjalannya.
Sayangnya, sering kali orangtua tidak menyadari kemanjaan yang mereka limpahkan. Contohnya, lantaran kelewat sayang, orangtua khawatir melihat anaknya limbung. Belum sempat anak melangkah, orangtua sudah langsung mengulurkan bantuan. Kalau semua kebutuhan dan kemudahan sudah ada di depan mata, jangan salahkan kalau si kecil jadi enggan belajar berjalan.Keengganan latihan berjalan bisa juga lantaran kurangnya rasa percaya diri. Boleh jadi saat pertama kali belajar jalan, ia terjatuh cukup keras. Baik anak maupun orangtua biasanya jadi jera mencoba dan mencoba lagi. Padahal ketakutan berlebih seperti ini harus dikikis. Secara perlahan orangtua mesti meyakinkan anaknya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tunjukkan dengan bukti konkret, semisal dengan terus mendampinginya berlatih dan menyediakan lingkungan yang aman.
Agar anak mau berjalan lagi, dibutuhkan stimulus yang dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Pancing semangat anak dengan sikap gembira tanpa harus memaksa. Gunakan mainan yang menarik agar anak mau mendatanginya. Letakkan agak ke atas sehingga ia perlu berdiri untuk menjangkaunya. Dengan begitu, sedikit demi sedikit, anak tergerak untuk berani mencoba berjalan sendiri, tanpa ditatih atau berpegangan. Kalaupun sampai terjatuh, jangan tunjukkan sikap panik di hadapannya. Perhatikan apakah ia perlu ditolong saat itu juga atau bisa dibiarkan bangkit sendiri. Sikap panik orangtua/pengasuh hanya akan membuat rasa percaya dirinya luntur.


4. PIJAT PERKUAT OTOT KAKI
Selama belajar berjalan, anak mengandalkan otot-otot kakinya untuk menjaga keseimbangan. Dengan rekomendasi dokter anak, orangtua dapat melakukan pijat bayi yang bertujuan menguatkan otot-otot kakinya. Misalnya, dengan cara menelentangkan bayi kemudian minta ia memegang telapak kakinya sambil sedikit didorong. Secara refleks anak akan melakukan gerakan seperti menendang. Latihan yang intens dan tepat terbukti mampu menguatkan otot kakinya.
Tanyakan pada dokter, teknik-teknik pijatan apa yang dapat menguatkan otot kaki. Membawa anak ke tukang pijat tradisional boleh saja asalkan dilakukan dengan hati-hati. Akan lebih baik jika Anda berbekal rekomendasi dokter lalu membawa si bayi ke fisioterapis. Pelajari tekniknya dengan benar. Yang pasti, pijatan yang dilakukan fisioterapis biasanya berlandaskan ilmu yang bisa dipertanggungjawabkan.

5. PERHATIKAN BERAT TUBUH
Sering juga terjadi anak malas belajar jalan akibat kegemukan. Bagi bayi dengan berat badan berlebih, menjaga keseimbangan tubuh jelas lebih sulit. Upayakan agar asupan makanannya seimbang, tidak berlebih dan tidak kurang. Selain itu, fisioterapis dapat membantu bayi dengan program yang tepat. Misalnya dengan teknik mendorong bola besar yang biasa digunakan untuk latihan motorik.

ALAT BANTU BELAJAR JALAN
Beberapa alat diciptakan untuk membantu anak belajar jalan. Prinsip yang tidak boleh absen dari alat ini adalah si bayi tetap perlu ditatih dan menatih. Dengan begitu, setiap kali bayi menjejak ke tanah, maka otot-otot kakinya akan semakin aktif dan kemampuan berjalannya kian terasah.
Nenek moyang kita dulu menggunakan kain yang dililitkan ke dada hingga ketiak bayi. Sisa kain yang menjuntai ke belakang digunakan orangtua untuk membantu mengendalikan keseimbangan tubuh bayi sambil menatihnya. Cara ini tetap aman ditiru hingga sekarang.
Ada juga alat berputar yang bertumpu pada satu poros. Dengan berpegangan pada bilah melintang, secara tidak langsung anak diharuskan untuk berjalan saat mendorong alat tersebut. Atau bisa juga dengan menyediakan hangbar seperti yang ada di pusat-pusat terapi. Intinya, ada satu benda kokoh yang digunakan untuk berpegangan saat keseimbangannya masih labil.
Alat bantu jalan juga dapat difungsikan sebagai mainan, di antaranya kereta dorong. Pastikan dudukan mainan ini cukup mantap sehingga bila anak bertumpu padanya, alat ini tidak mudah terguling. Prinsipnya pun seperti menatih karena bayi "dipaksa" melangkah agar kereta dorong tersebut bisa bergerak.
Yang tidak dianjurkan adalah babywalker karena penggunaan alat ini malah bisa memperlambat kemampuan berjalan si kecil. Posisi duduk dalam babywalker membuat bayi nyaris selalu tersangga sehingga ia tidak cukup terlatih untuk menopang dirinya sendiri. Selain itu, penggunaan babywalker yang berlebihan juga dapat mengakibatkan anak jalan berjingkat/jinjit akibat terbiasa bergerak maju dengan cara mengayuh.

TAHAPAN BAYI BERJALAN
Proses berjalan bayi umumnya dimulai pada usia 9 bulan dengan tahapan berikut:
* Bulan ke-9
Berdiri tegak bila kedua tangan dipegang. Kalau kita biarkan si bayi berdiri (kita hanya pegang kedua tangannya) ia akan berdiri tegak selama beberapa detik di atas kakinya. Ia menahan keseimbangan tubuh yang seluruhnya terletak pada kedua telapak kaki. Berdiri dengan cara demikian hanya sebentar saja dapat dilakukannya karena ia memang belum menguasai keseimbangan badan pada sikap badan tegak lurus.
* Bulan ke-10
Bayi bergayut pada perabot rumah dan mengangkat badan sampai berdiri. Seperti halnya pada perkembangan merangkak, bayi 10 bulan sudah dapat mengangkat badannya sampai sikap "empat kaki". Dari sikap ini ia kemudian bergayut pada perabot dan menarik badannya ke atas sampai berdiri. Dari sikap berlutut atau setengah berlutut, ia melangkahkan sebelah kakinya ke depan, menjejak dengan telapak kakinya dan menarik badannya hingga berdiri.
Berdiri sambil berpegang pada sesuatu. Bila bayi dapat berpegang pada perabot rumah atau benda kokoh lainnya, ia dapat berdiri selama 1/2 menit. Pada sikap ini telapak kaki bukan hanya ujung-ujung jari kaki saja, tapi seluruh alas telapak kaki menyentuh permukaan lantai.
* Bulan ke-11Berjalan ke samping sambil merambat pada perabot dalam rumah. Percaya dirinya tumbuh dengan ditandainya melalui sikap berdiri yang memungkinkan anak memindah-mindahkan berat badannya. Mulai pada kaki kiri lalu pindah ke kaki kanan. Dengan kemampuan inilah anak "berjalan di tempat" atau melangkah ke samping.
Berjalan bila kedua tangan dipegang/ditatih. Bila bayi kita pegang kedua tangannya, ia pun mulai mencoba berjalan. Setelah kakinya melangkah maju, pinggul digerakkan ke depan dan berat badan ditopang oleh telapak kaki. Langkahnya memang masih agak tertahan-tahan, belum mantap dengan kaki terbentang lebar.
* Bulan ke-12
Berjalan jika sebelah tangannya dipegang. Langkah-langkahnya memang belum mantap dan kedua kaki masih terbentang lebar. Anak masih gampang kehilangan keseimbangan hingga orang dewasa masih harus memegangnya dan selalu siap menangkapnya bila ia terjatuh.
* Bulan ke-13 dan seterusnya.
Mulai menjadi "ahli". Kemantapan anak berjalan mulai menunjukkan hasil. Kita akan takjub bila suatu saat dia sudah mampu berjalan dengan cepat. Meski perkembangan setiap anak berbeda-beda, umumnya di usia 18 bulan hingga 2 tahun anak sudah dapat berjalan tegak dengan keseimbangan yang lebih mantap tanpa perlu lagi dipegangi.

Sumber 365 Hari Pertama Perkembangan Bayi Sehat; Theodor Hellbrugge dan J.H. von Wimpffen, ed.; Pustaka Sinar Harapan; 2002

BELAJAR BERBICARA

Berilah tanggapan positif setiap kali bayi mengeluarkan suara.
U ntuk mengungkapkan perasaan, seorang bayi tentu belum bisa "berbahasa" seperti halnya orang berbicara dalam arti sebenarnya. Apa yang bayi ungkapkan lewat suara, apa pun bunyinya, amatlah penting. Karena hal ini berkaitan dengan daya tangkapnya dalam berbahasa. Lebih jauh ini berhubungan dengan proses berpikir bayi dan saling pengertian antara yang berbicara dan diajak berbicara. Bayi ingin dipahami kebutuhannya, sementara orangtua dan orang-orang di sekitarnya berusaha memahami perasaannya lewat suara-suara yang diekspresikan oleh si bayi. Contohnya, lewat tangisan atau suara/bunyi lain yang dikeluarkan seiring bertambahnya usia.
Jika dicermati, suara-suara yang diekspresikan bayi menunjukkan perkembangan kemampuannya berbahasa. Namun perlu dicatat, tak semua bayi akan mengeluarkan suara-suara yang sama pada setiap tahapan usia. Soalnya, perkembangan bahasa, seperti perkembangan lainnya, bisa saja berbeda pada setiap anak. Ada begitu banyak faktor yang memengaruhinya, salah satunya stimulasi.

PERKEMBANGAN BAHASA DARI BULAN KE BULAN

Usia 0-2 bulan
Pada usia ini umumnya waktu bayi "hanya" terpakai untuk tidur. Si kecil menyatakan rasa lapar, ngantuk, dan tak nyaman akibat pipis atau buang air besar lewat tangisan. Namun, di usia ini bayi sudah dapat menangkap suara-suara dari lingkungan sekitarnya sekaligus mulai memberi respons terhadap suara-suara tadi. Tak percaya? Amati saja keseharian si kecil. Ia akan membuka matanya bila diperdengarkan bunyi mainan kerincingan. Ia seolah mencari-cari dari mana suara tersebut berasal. Ini merupakan petanda ia sudah mampu menangkap dan merespons suara. Contoh lain, saat merasa senang/puas usai disusui atau diajak "ngobrol", bayi juga akan mengeluarkan suara-suara tertentu seolah ingin mengatakan "terima kasih" dan menunjukkan perasaan senangnya itu. Namun yang seperti ini biasanya relatif masih sangat jarang.
Bisa saja bayi tidak memberi respons alias diam saja terhadap suara yang ditimbulkan. Mungkin saja ada sesuatu yang tak beres pada pendengarannya, sehingga tidak bisa mendengar atau menangkap suara tersebut.

Usia 3-5 bulan
Di kurun usia ini porsi tidur bayi sudah lebih berkurang. Dengan demikian saat terjaganya jadi lebih panjang. Bayi umumnya sudah merespons ketika diajak bicara atau bercanda dengan mengeluarkan suara-suara vokal seperti "a". Adakalanya si kecil juga mengeluarkan suara-suara seperti orang yang sedang berkumur. Yang pasti, suara-suaranya mulai sering terdengar. Suara-suara tersebut merupakan ekspresi dari rasa senang/gembira yang biasanya dibarengi dengan gerakan anggota tubuhnya.
Hal serupa juga akan ditunjukkan saat ia minta sesuatu. Jadi, responsnya sudah lebih kompleks lagi. Sedangkan ketika mendengar bebunyian dari sekitarnya, bayi akan memberi respons dengan menggerakkan mata atau tubuhnya dan berusaha mencari sumber bunyi/suara tadi. Tak heran ketika diajak "ngobrol", ia terlihat begitu serius mengamati sosok yang mengajaknya bicara.
Tangisan yang ditunjukkan bayi usia ini pun sudah mulai bervariasi. Ada yang melemah, meninggi, tersedu-sedu, dan sebagainya. Orangtua juga sudah dapat membedakan mana tangisan lapar, marah, kesal, mengantuk, manja, dan lainnya. Pendek kata, bayi sudah mampu mengomunikasikan diri dan menunjukkan emosi dengan caranya sendiri.

Usia 6-8 bulan
Di usia ini bayi mulai mengoceh dengan nada yang terdengar berganti-ganti. Kadang dengan nada rendah, nyaring, melengking, dan sebagainya. Jadi, bunyi suaranya sudah terdengar kian beragam dan terdengar cukup jelas pada beberapa suku kata tertentu. Jika diajak bicara ia akan menunjukkan respons senang lewat senyuman diting-kahi luapan kegembiraan dalam bentuk suara-suara. Selagi ber-main sendirian pun ia gemar mengoceh atau mengeluarkan suara-suara.
Makin bertambah usianya, bayi mampu membentuk pengulangan suku kata, di antaranya "ma", "mam", dan "pa". Tak heran kalau bayi usia ini akan lebih mudah mengucapkan panggilan "ma-ma" dan "pa-pa" ketimbang panggilan lainnya seperti "ibu", "bunda", "umi", "ayah", "papi", "bapak", karena masih sulit diucapkan. Selain itu, bayi usia ini juga sudah mulai belajar menirukan suara tertentu, seperti "mam" untuk makan.

Usia 9-11 bulan
Suku kata yang di usia sebelumnya sudah ditirukan, di usia ini akan semakin sering terdengar diulang-ulang. Contohnya "ma-ma" dan "pa-pa" yang merupakan wujud usahanya dalam proses pembentukan kata. Bayi pun sudah mulai merespons komunikasi orangtuanya dalam bahasa sederhana. Contohnya, ketika namanya dipanggil, ia akan menunjukkan rasa senangnya atau dengan menoleh ke arah orang yang memanggilnya. Jika ingin sesuatu, ia sudah bisa mengeluarkan suara-suara yang seolah memanggil atau meminta perhatian orang yang dipanggil-nya.
Karena belum bisa mengungkapkan maksudnya lewat kata-kata, maka rasa kesal dan kecewa akan diungkapkan dengan suara-suara dan nada-nada tertentu. Masih terbatasnya kemampuan si bayi berbahasa, maka untuk memperkuat ekspresi tadi biasanya ia menggunakan anggota tubuhnya.
Di usia ini pun bayi sudah bisa diajarkan untuk menunjuk-kan atau memeragakan lambaian tangan, cium tangan (kiss bye), dan sebagainya. Bentuk-bentuk peniruannya pun semakin banyak, seperti ketika ada orang bersin atau batuk. Begitu juga ketika diminta menunjukkan hal-hal sederhana yang dikenal atau akrab dengan kesehariannya, seperti mata, hidung, rambut dan sejenisnya. Begitu pula bila orangtua melarang sesuatu, bayi akan sejenak memerhatikan wajah orangtuanya kemudian meresponsnya. Di usia ini daya tangkap berbahasanya sudah semakin baik. Keterampilan yang sudah dia kuasainya pun semakin banyak.

Usia 12-15 bulan
Bayi belajar membuat pengertian dengan merangkaikan suku kata yang sudah sering diucapkannya. Misalnya, suatu kali secara spontan ia bisa mengucapkan kata sederhana, seperti "papa". Sedangkan untuk kata-kata lainnya dia sudah bisa menirukannya meski belum tepat dan sempurna, misalnya "adik" jadi "dede".
Selain itu, bayi juga sudah mulai bisa menirukan suara-suara yang dikenalkan padanya. Misalnya suara-suara binatang seperti kucing, anjing, burung, ayam jago, cicak, kambing, dan lainnya yang mudah ditemui di sekitarnya. Bayi pun sudah bisa menirukan suara-suara lain yang belum mempunyai artiluas seperti suara "mbem" ketika melihat mobil.
Ungkapan bermuatan peno-lakan menggunakan anggota tubuhnya juga sudah bisa ia lakukan. Ini merupakan caranya untuk mengomunikasikan perasaannya, selain lewat suara-suara. Perintah sederhana juga sudah bisa ia lakukan. Contohnya, menunjukkan mana bagian anggota tubuh yang kita tanyakan, seperti mata, hidung, rambut, tangan dan lainnya.

BETULKAH BAYI MENGERTI YANG KITA BICARAKAN?
Banyak orangtua merasa heran melihat bayi yang seolah mengerti perkataan orang dewasa. Misalnya, "Adek di rumah saja ya enggak usah ikut Ibu pergi." Sebagai tanggapan, si kecil tiba-tiba menangis keras. Apakah ini berarti ia memang betul-betul mengerti isi pembicaraan tersebut?
Sebetulnya, kalimat yang diucapkan tadi belumlah seutuhnya dapat ditangkap bayi. Bukankah dia usia ini perkembangan kognisinya belum sempurna. Kalaupun ia memberikan respons seolah-olah mengerti maksud kalimat tadi tak lain karena selama ini bayi belajar dari banyak hal. Ia tak hanya menangkap makna sesuatu dari kata-kata saja melainkan juga lewat pengamatannya sehari-hari, seperti dari gerak-gerik atau bahasa tubuh, nada suara, ataupun kebiasaan orang-orang di sekitarnya. Jadi, sangat mungkin si bayi bisa menangkap makna ucapan ibu karena ia sudah mengenali kebiasaan ibunya ketika akan pergi meninggalkannya, semisal dari dandanan dan sebagainya.

TIP MENSTIMULASI BAYI BICARA
Meski bayi belum dapat menangkap bahasa orang di sekitarnya secara utuh, tetapi jangan pernah berhenti untuk selalu mengajaknya bicara. Mengapa? Tak lain karena kemampuan berbahasanya memiliki tahapan-tahapan. Awalnya ia akan menangkap suara-suara yang didengarnya, kemudian belajar menirukan sampai akhirnya mampu mengucapkannya. Semakin sering mengajaknya bicara, maka akan semakin banyak hal yang dapat ia tangkap dan ini akan semakin merangsangnya bicara. Berikut hal-hal yang disarankan untuk dilakukan para orangtua:
* Seringlah mengajak bayi bicara, bahkan sejak usianya belum genap sebulan.
* Jika ia mulai mengeluarkan suara-suara, jangan lupa untuk selalu memberinya hadiah seperti ciuman. Baginya, mengeluarkan suara-suara merupakan sesuatu yang menyenangkan.
* Setiap kali ia menunjukkan kemajuan berbahasa, semisal mengeluarkan suku kata tertentu, kita respons dengan senyuman dan pujian.
* Ketika kita panggil namanya ia memberi respons dengan merangkak menghampiri, maka kita angkat dan gendong dia.
* Selain mengajaknya bicara, kita bisa perdengarkan suara-suara lain seperti suara radio, teve dan sebagainya. Tentu dalam bahasa ibunya sehingga akan banyak membantunya belajar berbahasa. Ingat, bayi yang banyak mendengar ternyata kemampuan berbicaranya lebih cepat terasah.
* Apa pun aktivitas yang kita lakukan bisa kita ceritakan pada si bayi. Anggaplah ia seolah-olah mengerti ucapan kita. Contohnya, saat membuatkan susu, "Sebentar, ya Sayang, mama buatkan susu dulu untuk kamu. Nih, mama isi air dan susunya, lalu mama kocok dan sekarang adek bisa meminumnya." Cara seperti ini akan membuatnya banyak belajar menangkap hal-hal penting yang terkait dengan perkembangan bahasanya.
* Tak perlu ragu untuk mengungkapkan pula apa yang ada di benak kita. Ketika sedang mengajak bayi jalan-jalan dan kita melihat tetangga sedang menyiram bunga, ceritakan saja momen tersebut padanya. "Lihat deh, Tante Ina sedang menyiram tanaman supaya subur dan bagus bunganya."
* Jika ingin bercerita atau mengajarki bayi mengucapkan kata-kata, gunakan pengucapan yang benar. Kalaupun ia salah saat mengucapkannya, segera luruskan dengan ucapan semestinya. Misalnya, mengucapkan kata "cam" untuk "ikan", tetap saja orangtua harus mengucapkan kata yang sebenarnya. Jika tidak segera diperbaiki, lama-kelamaan ia akan punya konsep yang salah.
* Berikan pula stimulasi dengan menyanyikan lagu-lagu, bisa dengan menyanyikannya sendiri atau dari kaset, video, maupun buku-buku bergambar dan sumber lainnya.
* Kalau ia kurang memberi respons saat diajak bicara/diperdengarkan suara, segera periksakan ke dokter. Siapa tahu ada masalah serius pada pendengarannya.


Sumber: milis-nakita

Luka Bekas Cacar

Daniya kecil selepas sembuh dari sakit cacar ternyata memiliki bekas luka di bawah mata kirinya. Waduhh!! Pas di muka...
Untuk itu ummi coba mencari rujukan sebagai ikhtiar penyembuhan luka ini.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi yang lain pula. Semoga Allah SWT memberikan kesembuhan. Amin.

Setelah terserang penyakit cacar, biasanya akan meninggalkan bekas luka yang berwarna kehitaman, baik pada wajah atau sekujur badan. Rasanya sangat menggangu penampilan. Tetapi, jangan risau. Ada cara sederhana mengatasinya.Siapkan sebuah jagung yang agak muda, buang kulitnya, bersihkan rambut halus pada jagung, lalu parut halus. Bubuhkan parutan jagung ini pada bagian tubuh yang terdapat pada luka setiap pagi. Diamkan selama 4-5 jam. Lakukan ini selama seminggu. Hasilnya, kulit Anda akan mulus kembali.
Sumber: hanyawanita.com

TIPS MENGATASI BEKAS CACAR AIR
1. 15 gram temulawak segar,
2. 3 ruas jari asam jawa yang telah dibuang bijinya,
3. Tumbuk kedua bahan tadi,
4. Tambahkan 1 sendok makan minyak kelapa,
5. Oleskan ramuan pd kulit yang terdapat bekas cacar air,
6. Lakukan secara teratur
Sumber: safril.wordpress.com

Untuk bekas-bekas yang sampai berlubang perlu dilaser. Tapi untuk bekas yang tidak terlalu dalam, lakukan scrub dua minggu sekali, gunakan krim yang dianjurkan dokter. Pagi gunakan tabir surya non oily. Untuk perawatan di klinik, lakukan terapi enzym dan Face bioherbal untuk menghilangkan bekas-bekasnya.Semoga berhasil.
Sumber: kapanlagi.com

Tasyakuran Milad ke-9 WaFdAn




Dua belas- dua belas- sembilan sembilan. Angka unik yang menandai kelahiran putra sulungku. Ya, tanggal 12 Desember 1999, sembilan tahun silam, Allah SWT menganugerahi kami seorang putera. Kami memberi nama Muhammad Wafdan Hafiy Ar Ramadhan. Lahir bertepatan hari ke-4 bulan suci.

Hari ini Wafdan sumringah. Berangkat ke sekolah diantar segenap penduduk rumah. Biasanya Wafdan berangkat ke sekolah bersama Wafiy hanya diantar oleh ummi. Hari ini abi, ummi, Dhedhe' Daniya, bahkan mbak Neni pun turut serta ke Al Jannah. Karena hari ini Wafdan menyiapkan beberapa bingkisan tasyakuran untuk teman-teman di ultah-nya yang ke-9. Jadinya, ummi & mbak Neni ikut datang ke kelas membawakan bingkisan-bingkisan tersebut.

Bukan maksud hati ummi untuk berhura-hura di ultah Wafdan kali ini. Memang mungkin di keluarga kami yang membiasakan diri hidup sederhana, perayaan ultah rame-rame bukanlah sebuah tradisi yang lazim. Kali ini Wafdan hanya membagi-bagikan bingkisan tersebut untuk teman-teman dan wali kelas, guru kelas, dan guru shadow di kelas 3A. Bagi kami, acara seperti ini pun sudah lumayan istimewa (meski bagi yang lain, termasuk teman-teman Wafdan, mungkin acara ini sederhana banget).

Abi & ummi hanya ingin membuat Wafdan mengerti, kami menyayanginya. Sesekali mengadakan tasyakuran ultah, namun... juga ditekankan bahwa tidak mesti harus selalu rutin merayakan dengan cara yang sama. Yang terpenting adalah mengajak Wafdan senantiasa memaknai perubahan usia dari waktu ke waktu. Wafdan akan semakin besar, beranjak remaja, dewasa, dan seterusnya.... Akan dihadapkan dengan tanggung jawab sebagai insan hamba-Nya.

Berharap, semoga Wafdan menjadi orang yang memberi kemashlahatan bagi semua. Hamba yang sholih dan diridhoi-Nya.

"Moga 'kau bisa menjadi teladan yang baik bagi adik-adikmu (khususnya), ya Nak..."
Amin.





11 Desember 2008

Sup Daging Sapi "UkHuWaH"




Siapa tak kenal dengan Bude Ryan di perumahan kami? (ada juga kok yang gak kenal he-he)
Ibu yang satu ini memang baik banget, hingga kebanyakan orang-orang yang tinggal di sekitar rumahku kenal akrab dengannya. Orangnya ramah, toleran, solidaritasnya tinggi banget, kadang-kadang heboh dengan ketawanya yang khas: ...."Kik.kik.kik.ki.ki..ki...ki......." begitu kira-kira bunyinya.


Kami tak hanya kenal dengannya, tapi merasa dekat dan akrabb. Subhanalloh... inilah nilai plus yang bisa dicontoh dari sikap Bude Ryan yang penuh empati kepada orang lain, hingga menimbulkan ukhuwah yang indah di antara kami.
Bude Ryan berbagi resep sup kambingnya yang uenaaak.....sekali. Hanya saja, karena waktu itu yang kami miliki di rumah adalah daging sapi, maka aku mencoba mempraktekkan resepnya dengan daging sapi. Ternyata nggak beda jauh kok rasanya.


Bahan-bahan:
Daging sapi dipotong sesuai selera
Biji pala
Jahe
Daun bawang
Daun jeruk
Bawang merah goreng
Garam & gula pasir secukupnya


Bumbu Halus:
Bawang putih
Lada


Proses Memasak:
Rebus daging sampai empuk. Memarkan jahe dan pala, masukkan ke dalam rebusan daging. Tambahkan pula daun jeruk beberapa lembar. Masukkan bumbu halus yang sudah ditumis sampai wangi. Tambahkan irisan daun bawang. Beri garam & gula pasir secukupnya. Setelah matang, matikan api dan taburi dengan bawang goreng.


Nah... bila dinikmati sebagai lauk atau digado panas-panas; alhamdulillaah.... nikmat sekali.

04 Desember 2008

Selamat Berjuang


Anak-anakku sayang... semoga Allah SWT senantiasa menganugerahkan cinta-Nya buat kalian. Hingga kalian tumbuh menjadi insan-insan yang memberi kemashlahatan. Menjadi orang yang berbudi pekerti luhur...

Betapa khawatirnya Ummi dengan keadaan kalian kelak, bila menyaksikan zaman telah diwarnai dengan beragam kemaksiatan. Merosotnya nilai-nilai moral dalam segala aspek. Kedzoliman telah begitu nyata. Kemunafikan, kesombongan, kekikiran, kedengkian, dan....berjuta-juta lagi kejahatan banyak kita temukan. Semuanya dilakukan dengan bangga.

Dalam tumbuh kembang kalian, waktu demi waktu akan dapat kalian saksikan, temukan, dan rasakan. Semoga kalian tetap berada dalam bimbingan-Nya. Sehingga dengan carut marutnya muka dunia akan kejahatan, tak akan menjebak kalian dalam kesesatan.

Anak-anakku...,
dari begitu banyaknya kejahatan dan kemaksiatan yang kita saksikan kini; jangan pernah putus asa. Yakinlah bahwa masih ada pula banyak insan yang merindu kebenaran hakiki. Orang-orang yang berjuang untuk berjalan pada koridor yang diridhoi Allah SWT. Mereka lah saudara-saudara kita yang senantiasa bersusah payah untuk meraih hidayah. Mencari cinta sejati, rela mengorbankan apa yang mereka miliki demi meraih ridho Illahi.

Anak-anakku..,
perjalanan yang 'kan kalian lewati begitu penuh liku-liku perjuangan. Semoga kalian tabah dan pantang menyerah.

Selamat berjuang, anak-anakku. Do'a ummi senantiasa mengiringi langkah kaki kalian.

01 Desember 2008

Rekreasi Tak Mesti Mahal



Yang paling hobi ber rekreasi di keluargaku adalah abi-nya anak-anak. Kami pun akhirnya senang, setiap diajak pergi-pergi untuk refreshing se keluarga.Berbagai tempat kami jelajahi. Dari obyek wisata yang murah-meriah sampai yang lumayan 'dalam' merogoh kantong.

Namun, terkadang kami juga rekreasi gratis. Bersepeda santai, atau sekadar gerak jalan. Kami melakukan biasanya ba'da sholat subuh. Dengan berjalan kaki menyusuri jalanan di kompleks perumahan. Terasa segar sekali karena lingkungan tempat tinggal kami yang masih asri, banyak pepohonan. Alhamdulillah....menyenangkan sekali. Ini biasa kami lakukan Hari Senin - Jumat. Nah, untuk Sabtu & Ahad kami bepergian agak jauh. Kadang, acara belanja pun bisa kami manfaatkan untuk rekreasi.

Yang penting......fresh kembali!
















Ujian Sekolah


Ujian akhir semester sedang dijalani mulai hari ini oleh Wafdan & Wafiy. Ini kali pertama buat Wafiy, yang sekarang baru menduduki bangku kelas satu SD. Sedangkan Wafdan, kelas tiga, sudah terbiasa dengan ujian-ujian di sekolahnya.

Ke-dua anakku ini ternyata memiliki perbedaan sikap dan gaya dalam menghadapi ujian sekolah. Perbedaan mereka terlihat juga dalam menghadapi hal lainnya. Wafiy cenderung lebih nyantai dan easy going. Tak ada beban, dan pengaruh entah ia nantinya bisa apa enggak. Bahkan tak ada bedanya antara hari-hari biasa sekolah dengan hari-hari ujian. Nampaknya Wafiy memang belum terlalu muncul self responsibility dalam dirinya.

Wafdan dari kelas satu dulu, cenderung kepikiran dan akan tenang bila ia merasa sudah selesai membaca materi melalui resume yang dibagikan. Tanpa disuruh dan dikejar-kejar, Wafdan akan dengan kesadaran sendiri mempelajari materi-materi ujian. Sementara, Wafiy harus apa-apa disediakan. Materi-materi dibacakan, sementara ia sendiri kelihatan cuek dan tak mau tahu…..

Usia matang Wafdan memasuki bangku sekolah memang terbukti menunjukkan kematangan sikap juga. Terutama dalam tanggungjawab pribadi. Dari urusan sholat, jam berangkat sekolah, kapan belajar, persiapan sekolah, dan lain sebagainya. Terkadang keseriusannya dalam berbagai hal membuat aku dan suami sedikit khawatir. Bahkan beberapa kali kami mesti mengingatkan dan memancingnya supaya lebih ceria sebagaimana nuansa masa kanak-kanak seharusnya.

Alhamdulillah, sejauh ini Wafdan senantiasa menunjukkan prestasi yang bagus. Dari kelas satu, setiap kenaikan kelas ia berada di peringkat atas. Untuk Dhe’ Wafiy; kami tidak menuntut prestasi akademis yang mulul-muluk. Kami mengikuti gayanya yang nyantai, asalkan tidak lengah. Dunia anak-anak serba indah dan ceria memang masih pantas mewarnai kehidupannya. Insya Allah dengan berjalannya waktu, kesadaran untuk memunculkan potensi dirinya akan terjelang.

Selamat menjalani ujian, Anak-anakku… Semoga Allah SWT membimbing kalian.