18 Februari 2009

Cabut Gigi Tak Sakit


Kebanyakan orang ketika sakit gigi dan direkomendasikan untuk dicabut giginya, akan lupa atau pun malas menjalani tindakan "eksekusi" tersebut saat keluhan rasa sakit telah hilang. Padahal, gigi yang sudah divonis untuk dicabut itu, nantinya akan terus bermasalah.

Biasanya, pertama kali datang ke dokter gigi, kita sedang dalam keadaan sakit. Hal ini diakibatkan adanya infeksi atau radang yang menyebabkan rasa ngilu pada gusi. Terkadang disertai pembengkakan gusi dengan kandungan nanah didalamnya. Dokter akan memberi obat untuk menghilangkan infeksi dan rasa sakit itu terlebih dahulu. Dalam jangka waktu beberapa hari kemudian, tindakan pencabutan gigi baru bisa dilakukan. Nah...karena rasa sakit telah hilang, kita akan enggan untuk dicabut. Biasanya karena: takuuuut!

Sebagaimana yang aku alami. Sudah setahun lalu, ada masalah dengan gigi geraham paling ujung kiri bagian atas. Gigi sudah keropos, dan permukaannya menjadi tajam-tajam tak beraturan. Kadang-kadang terasa sangat ngilu ketika kemasukan potongan kecil makanan. Dokter menyarankan untuk dicabut saja, karena geraham dalam tersebut tidak banyak membantu proses pengunyahan makanan; namun keberadaannya justru sering menampung banyak kuman.

Berdasarkan informasi dari dokter, kasus seperti ini sangat banyak terjadi. Geraham bagian dalam memang gigi yang paling sulit terjangkau oleh sikat gigi, bahkan oleh alat kesehatan gigi lainnya. Hal ini menyebabkan kuman masih tetap bisa bersarang di daerah tersebut, sementara gigi yang lain bisa dibersihkan dengan baik. Sehingga geraham dalam paling mudah keropos oleh kuman.

Dokter lalu menyarankan aku untuk difoto rontgen gigi, supaya dapat diambil tindakan yang lebih tepat bagi gigi yang bermasalah, sekaligus untuk memeriksa kondisi gigi yang lain.
Waktu itu, aku segera menuju sebuah laboratorium di daerah Matraman untuk melakukan foto rontgen gigi, dan menjalani minum obat penghilang radang dan sakit. Nah…benar saja. Saat rasa sakit tak lagi muncul, aku jadi lupa dan enggan untuk balik ke dokter gigi. Takut dan ngeri sekali untuk dicabut giginya!

Baru beberapa hari lalu, kembali aku merasakan ada ngilu-ngilu di bagian gigi yang dulu pernah sakit. Saat kuraba dengan lidah, wah…gawat! Terasa gigi semakin keropos.

Khawatir akan dampak buruk menyimpan kuman dalam gigi yang keropos, apalagi banyak cerita seram tentang sakit gigi yang tak ditangani secara serius hingga merembet ke syaraf lainnya…., dengan tekad bulat aku kembali mendatangi dokter gigi yang dulu. Harus berani di “eksekusi” demi kenyamanan dan menghindari efek jangka panjang.

Setelah menjalani ulang rontgen gigi di tempat yang sama dan minum obat plus antibiotika selama empat hari, aku kembali melangkah menuju poliklinik gigi di kantor suami. Gigi harus dicabut!

Subhanallah….ternyata tak se-ngeri sebagaimana cerita banyak orang dan bayanganku sendiri.

Semula, dokter menyuntikkan cairan bius pada gusi di bagian gigi yang hendak dicabut. Nggak sakit, seperti tertusuk duri ikan. Baru proses pencabutan dilakukan. Meski agak susah karena posisi gigi berada di bagian dalam mulut, akhirnya…alhamdulillah…berhasil juga dicabut!

Mungkin karena kesiapan mentalku sudah bulat (berbekal doa & tawakkal), suasana nyaman di poliklinik yang bersih dan tenang, ditambah drg. IG. A. Heni yang ramah, baik dan menenangkan…sangat professional…

So, teman-teman jangan takut cabut gigi ya.. Nggak sakit kok...

17 Februari 2009

Wafiy & Kungfu Wushu


Hari Kamis pagi, Wafiy begitu ceria. Senang sekali karena hari ini ia akan mengikuti untuk ke dua kalinya kegiatan ekskul. Setelah satu semester menunggu (semester satu anak-anak kelas 1 wajib ekskul calistung), akhirnya terwujud keinginannya untuk menjadi peserta ekskul: Kungfu Wushu.

"Banyak orang menyamakan Wushu dengan Kung Fu. Padahal tidak sepenuhnya pendapat tersebut benar. Wushu, yang beberapa tahun terakhir mulai popular, adalah “anak” dari berbagai aliran kungfu tradisionil. Wushu diciptakan dari kombinasi gerakan berbagai aliran kungfu. Jadi wushu merupakan suatu gerakan-gerakan yang telah distandarisasikan. Wushu lebih menonjolkan aspek oleh raga, keindahan, akrobatik, dan untuk tujuan show/pertunjukan. Gerakan-gerakan wushu bukan dimaksudkan untuk aspek bela diri."
(selengkapnya baca di sini)

09 Februari 2009

(Mie Instan) Makanan Surga


Mayoritas anak-anak menggemari mie instan. Selain menyajikannya cepat (mereka tak lama menunggu); rasanya juga sangat nikmat. Hal ini disebabkan oleh bumbu penyedap yang mendominasi cita rasa mie instan.

Sayang sekali, kelezatan rasa dari mie instan tak diimbangi dengan nilai gizi dan manfaat yang bisa diperoleh dengan mengkonsumsinya. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa mie instan bukanlah makanan yang baik untuk dikonsumsi secara rutin atau pun berlebihan. Bahkan kalau dikonsumsi secara kadang-kadang pun, akan lebih baik bila mengkonsumsi selain mie instan bila ada. Pendek kata, mie instan adalah makanan yang "terpaksa" dikonsumsi, bagi orang-orang yang memperhatikan benar masalah kesehatan.

Untuk itu diperlukan sikap tegas dari orangtua dalam membatasi konsumsi mie instan bagi buah hati mereka. Selain kita berikan pengertian, kita pun memberikan contoh senantiasa mengkonsumsi makanan sehat di depan mereka. Memang anak-anak biasanya merajuk agar bisa menikmati mie instan yang enak tersebut. Kalau sangat terpaksa, kita mesti berusaha meminimalkan bahaya yang mungkin ditimbulkan dari zat-zat pengawet dan penyedapnya.

Sebaiknya air rebusan mie instan kita buang. Sedangkan untuk kuahnya memakai air mendidih yang lain (misal dari termos, atau merebus lagi sementara mie ditiriskan). Untuk bumbu penyedapnya pun cukup diberikan separo dari takaran kemasan, lalu ditambahi garam secukupnya. Sebisa mungkin kita tambahkan sayuran semisal: tomat, brokoli, wortel, dsb. Sehingga sembari anak makan mie instan, kita masukkan pula vitamin-vitamin penting ke dalam tubuhnya. Insya Allah lebih aman. Dan setelah kupraktekkan, ternyata soal rasa pun tak pernah mendapatkan komplain dari anak-anak meski memakai bumbu separo.

Bagi yang hobi mencoba, bisa membuat mie sendiri. Jadi, bebas pengawet & penyedap.
Ada lho, cara membuat mie sendiri (dikirim oleh: Siti Handayaningsih)

Bahan Resep:1 gelas tepung terigu, 2 butir telur, tepung sagu secukupnya untuk membantu penggilingan, air mendidih di panci untuk memasak mie.
Cara membuat:
  1. Telur dikocok sampai bercampur, masukkan tepung terigu dan uleni hingga tidak lengket. diamkan 10 menit buat bulatan atau lonjong agar mudah untuk digiling

  2. Agar tidak lengket gulingkan di tepung sagu, lalu giling dengan alat penggilingan untuk menipiskan adonan dari nomor 1 dahulu lalu no 2 hingga no 6., setelah tipis baru di alat penggilingan untuk mie.

  3. Setelah berbentuk mie, langsung di rebus di air mendidih selama 3 menit, angkat dan cuci dengan air dingin, tiriskan.

  4. Baru deh mie siap dimasak apa saja.
Mie bisa di simpan dengan tupperware di kulkas dan tahan selama 1 minggu.

Saking susahnya mendapatkan mie instan sebagai makanan sehari-hari, anakku bertanya: "Di surga bisa makan indomie nggak ya?"
Lalu kujawab: "Insya Allah bisa, dan boleh makan sepuasnya"

05 Februari 2009

NaSi GoReNg UmMi

Anak-anak, terutama Wafdan amat menggemari nasi goreng. Yang lebih menyenangkan, Wafdan paling suka nasi goreng buatan ummi. Tak bosan-bosannya ia berpesan: "Ummi, kiriman makan siangnya nasi goreng aja ya!"
Alhamdulillah. Padahal ummi memasaknya biasa saja, malah tak pernah memakai penyedap makanan sebagaimana yang biasa ditambahkan pada nasi goreng yang dijual. Menurut Wafdan, nasi goreng ummi selain sedap, juga tak pedas.
Beda dengan nasi goreng yang dijual. Beberapa kali Wafdan pesan supaya tak pedas, eh...kenyataannya tetep dikasih cabe juga oleh kokinya. Pernah juga Wafdan pesan nasi goreng sea food di sebuah resto ketika buka puasa Ramadhan lalu, pas giliran makan...katanya: "Rasanya asin doang..." Akhirnya abi & ummi terpaksa membujuk untuk menghabiskannya. Takut mubadzir.
Untuk itu, ummi dengan senang hati membuatkan nasi goreng buat anak-anak. O, ya.. memang ada satu bumbu spesial supaya masakan ummi enak. Yakni...:'perasaan sayang' ^_^
Bahan:
2 piring nasi putih (jangan terlalu lembek)
2 sdm minyak goreng
Bumbu:
2 siung bawang putih, dimemarkan
2 bawang merah
1 sdm garam
2 sdm kecap
Daun bawang dipotong kecil-kecil
Bahan pelengkap:
1 potong daging ayam rebus disuwir-suwir
2 bakso sapi besar, dipotong kecil-kecil
1 sosis sapi dipotong kecil-kecil
1 butir telor ayam
Proses memasak:
Panaskan minyak goreng, masukkan irisan bawang merah disusul bawang putih yang sudah dimemarkan. Setelah wangi, masukkan suwiran ayam, bakso, sosis, dan daun bawang sambil terus ditumis. Pecahkan satu butir telor, diamkan sejenak lalu diaduk-aduk.
Masukkan nasi putih, aduk-aduk, sambil dibumbui garam dan kecap. Aduk terus hingga rata dan matang.
Nah, siap disajikan dengan taburan bawang goreng dan telor dadar/mata sapi.
Hiasan fleksibel, bisa: selada keriting, timun, tomat, seledri...atau sesuai selera.
Yummy!


04 Februari 2009

DaNiYa & HuJaN




Hujan itu indah
buktinya aku menikmati
udara dingin karena semilir angin
ditambah titik-titik air yang menyentuh kulitku
Baru kali ini
aku menikmati suasana hujan
di luar rumah, meski sambil berlindung di bawah atap
Tapi aku bisa menikmati langsung
air yang jatuh ke tanah, dan percikannya berlompatan riang
Alhamdulillah...
Allah SWT menurunkan hujan